SEJARAH
KELAHIRAN DESA JAPARA
Pada
abad ke-17 masyarakat desa peundeuy raweuy umumnya beragama islam, desa ini
berada di wilayah kecamatan Jalaksana dibawah kekuasaan kesultanan cirebon.
Sudah
menjadi kewajiban pada masa itu setiap Kuwu diharuskan untuk melaksanakan tugur
(piket) di kasepuhan cirebon, yang lamanya tiga bulan dalam setiap tahun.
Demikian pula kuwu desa peundeuy raweuy sudah sampai gilirannya untuk
melaksanakan kewajiban tugur di keraton kasepuhan Cirebon.
Pada
saat- saat kuwu akan berangkat tugur, datanglah seorang laki- laki yang bernama
Buyut Santri, lewat desa peundeuy raweuy dan dia menginap di rumah kuwu
tersebut. Adapun yang bernama Buyut Santri tersebut berasal dari daerah Jepara
Rembang yang telah berguru/ masantren dari daerah Ciamis. Selanjutnya kuwu desa
peundeuy raweuy sebelum berangkat tugur ke Cirebon mengijinkan kepada santri
tersebut untuk tetap tinggal dan menjaga rumah serta keluarganya selama kuwu
melaksanakan tugur di Cirebon selama itu pula santri tersebut tetap tinggal di
rumah kuwu tersebut.
Adapun
kuwu tersebut setelah selesai melaksanakan tugasnya barulah kuwu peundeuy
raweuy itu pulang kembali, dan diketahuilah bahwa istrinya sedang berbadan dua
(hamil). Dengan kehamilan istrinya itu kuwu tersebut mempunyai dugaan keras dan
menuduhnya bahwa itu terjadi karena perbuatan santri. Tetapi santri itu tidak
menerima tuduhan tersebut karena dia sama sekali tidak merasa berbuat yang
tidak senonoh dengan istri kuwu tersebut.
Dengan
penekanan kuwu kepada santri, santri bersumpah berani dipotong leher
(disembelih) dengan perjanjian “ kalau darah saya merah berarti saya melakukan
perbuatan itu, tetapi kalau darah saya putih berarti saya berani dan tidak
bersalah”. Oleh karena kuwu tidak merasa puas, santri itu terpaksa di potong
lehernya (disembelih). Dengan keajaiban Tuhan Yang Maha Esa ternyata darah
santri itu berwarna putih seperti air susu. Kuwu merasa malu dan kemudian
berkata “ barang siapa berani menguburkan santri tersebut akan ditindak seperti
santri yaitu di potong lehernya”. Pada malam harinya kuwu dengan keluarganya
melarikan diri ke daerah Kapetakan Cirebon.
Berhubung
orang desa peundeuy raweuy tersebut takut akan ancaman kuwu, tidak ada yang
berani menguburkan mayat tersebut, sehingga yang menguburkan mayat tersebut
adalah orang- orang dari desa Singkup dengan diberi imbalan berupa tanah/ sawah
seluas kurang lebih 25.00 Ha (dua puluh lima hektar).
Setelah
kuwu melarikan diri dan santri telah selesai di kuburkan, maka tokoh- tokoh
masyarakat desa peundeuy raweuy mengadakan musyawarah bahwa untuk mengenang
santri tersebut di putuskanlah desa peundeuy raweuy diganti namanya menjadi
Desa Japara, sesuai dengan asal kelahiran santri tersebut dari daerah Jepara.
BENTUK
/ JENIS ADAT
·
Merupakan cerita rakyat/ sejarah desa,
mengenai asal- usul nama desa japara semula bernama peundeuy raweuy dan
kemudian diganti menjadi nama desa Japara.
·
Merupakan Adat Desa
Tiap setahun sekali di
Blok Kawung Kerep diadakan sabumi dengan hiburan pantun dengan mengambil cerita
Lutung Kasarung.
LOKASI
·
Blok Kawung Kerep Desa Japara
Bekas tempat musyawarah
tokoh- tokoh masyarakat desa peundeuy raweuy
·
Blok Bakom Desa Singkup
Makam Buyut Santri
HUBUNGAN DENGAN TEMPAT
KERAMAT
Ditempat ini diadakan
musyawarah tokoh- tokoh masyarakat desa peundeuy raweuy yang memutuskan :
·
Nama Desa Peudeuy Raweuy diganti menjadi
Desa Japara.
·
Ditempat musyawarah ini malam harinya
diadakan hiburan pantun, dengan mengambil cerita LUTUNG KASARUNG yang mungkin
untuk mengenang bahwa perbuatan kuwu terhadap santri adalah kasarung
(kekeliruan).
·
Siang harinya setelah hiburan pantun
diadakan hajat sabumi (syukuran) setelah selesai panen, dengan memotong dua
ekor kambing dilaksanakan di blok kuburan pakembaran, biayanya dari hasil
swadaya masyarakat dusun IV wage dan dusun V kliwon.
ARTI
LAMBANG DESA JAPARA
·
Kujang :
Melambangkan
-
Sebuah alat yang setiap masyarakat desa
japara sudah mengenal dan tahu dan sampai sekarang masih ada di desa japara, digunakan dalam
merintis pembentukan lahan dan lokasi desa.
-
Berlubang lima melambangkan dasar
negara, bahwa masyarakat desa japara taat dan patuh kepada pancasila.
·
Gunung :
Melambangkan
-
Desa japara berada disebelah timur kaki
gunung ciremai
·
Pedang :
Melambangkan
-
Asal- usul desa japara yang semula desa
peundeuy raweuy dengan disembelihnya Buyut Santri dari daerah Jepara Rembang
oleh luwu menggunakan sebuah pedang.
·
Padi :
Melambangkan
-
Pangan/ makanan pokok masyarakat japara
adalah beras
-
Berjumlah 17 butir menyatakan bahwa
bulan 8 dari tahun proklamasi kemerdekaan Republik ndonesia.
·
Kapas :
Melambangkan
-
Masyarakat desa japara tidak kekurangan
sandang.
-
Berjumlah 8 buah menyatakan bahwa bulan
8 dari tahun proklamasi kemerdekaan Republik indonesia.
·
Petak sawah dan kebun : Melambangkan
-
Desa japara memiliki 12 tempat nama
sawah lahan pertanian.
-
Dan memiliki tanah darat sejumlah tempat
nama kebun.
·
Saluran dan bendungan : Melambangkan
-
Irigasi adalah pekerjaan pokok
perkumpulan petani pemakai air (P3A) mitra air untuk pengairan lahan pertanian
sebanyak empat buah saluran lahan.
-
Bendungan yang dimiliki ada 4 buah.
SILSILAH KEPALA DESA JAPARA
· Kuwu
1 : Bapak buyut sale
menjadi kuwu selama 45
tahun dari tahun 1755 s.d tahun 1798
· Kuwu
II : Bapak buyut tarsan
menjadi kuwu selama 57
tahun dari tahun 1798 s.d 1855
· Kuwu
III : Bapak H. Yusuf
Menjadi kuwu selama 38
tahun dari tahun 1855 s.d 1893 dan beliau meninggal ditanah suci mekah
· Kuwu
IV : Bapak martadiwangsa
Menjadi kuwu selama 23
tahun dari tahun 1893 s.d tahun 1916 dan beliau mempunyai kesaktian diantaranya
:
a) kuat mencabut pohon
kelapa dan mengangkat kerbau dilumpur
b) semua pencuri dapat
ditangani/ ditangkap.
· Kuwu
V : Bapak suwarta atmaja
Menjadi kuwu selama 29
tahun dari tahun 1916 s.d tahun 1945
· Kuwu
VI : Bapak sastrawijaya
Menjadi kuwu selama 22
tahun dari tahun 1945 s.d tahun 1967 pada jaman gerilya beliau menjadi komandan
KODIM dan mendapat gelar bapak Morning
· Kuwu
VII : Bapak sastrasudirja
Menjadi kuwu selama 6
tahun dari tahun 1967 s.d tahun 1973
· Kuwu
VIII : Bapak S. Sutarno
Menjadi kepala desa
selama 11 tahun dari tahun 1973 s.d tahun 1985
· Kuwu
IX : Bapak sutardi
Menjadi kepala desa
selama 8 tahun dari tahun 1985 s.d tahun 1993
· Kuwu
X : Bapak Asmu
Menjadi kuwu selama 8
tahun dari tahun 1994 s.d tahun 2001
· Kuwu
X1 : Bapak Muh. Thamrin
Menjadi kepala desa
sejak tahun 2002 s.d sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar