Minggu, 15 Desember 2013

SEJARAH DESA



SEJARAH KELAHIRAN DESA JAPARA
Pada abad ke-17 masyarakat desa peundeuy raweuy umumnya beragama islam, desa ini berada di wilayah kecamatan Jalaksana dibawah kekuasaan kesultanan cirebon.
Sudah menjadi kewajiban pada masa itu setiap Kuwu diharuskan untuk melaksanakan tugur (piket) di kasepuhan cirebon, yang lamanya tiga bulan dalam setiap tahun. Demikian pula kuwu desa peundeuy raweuy sudah sampai gilirannya untuk melaksanakan kewajiban tugur di keraton kasepuhan Cirebon.
Pada saat- saat kuwu akan berangkat tugur, datanglah seorang laki- laki yang bernama Buyut Santri, lewat desa peundeuy raweuy dan dia menginap di rumah kuwu tersebut. Adapun yang bernama Buyut Santri tersebut berasal dari daerah Jepara Rembang yang telah berguru/ masantren dari daerah Ciamis. Selanjutnya kuwu desa peundeuy raweuy sebelum berangkat tugur ke Cirebon mengijinkan kepada santri tersebut untuk tetap tinggal dan menjaga rumah serta keluarganya selama kuwu melaksanakan tugur di Cirebon selama itu pula santri tersebut tetap tinggal di rumah kuwu tersebut.
Adapun kuwu tersebut setelah selesai melaksanakan tugasnya barulah kuwu peundeuy raweuy itu pulang kembali, dan diketahuilah bahwa istrinya sedang berbadan dua (hamil). Dengan kehamilan istrinya itu kuwu tersebut mempunyai dugaan keras dan menuduhnya bahwa itu terjadi karena perbuatan santri. Tetapi santri itu tidak menerima tuduhan tersebut karena dia sama sekali tidak merasa berbuat yang tidak senonoh dengan istri kuwu tersebut.
Dengan penekanan kuwu kepada santri, santri bersumpah berani dipotong leher (disembelih) dengan perjanjian “ kalau darah saya merah berarti saya melakukan perbuatan itu, tetapi kalau darah saya putih berarti saya berani dan tidak bersalah”. Oleh karena kuwu tidak merasa puas, santri itu terpaksa di potong lehernya (disembelih). Dengan keajaiban Tuhan Yang Maha Esa ternyata darah santri itu berwarna putih seperti air susu. Kuwu merasa malu dan kemudian berkata “ barang siapa berani menguburkan santri tersebut akan ditindak seperti santri yaitu di potong lehernya”. Pada malam harinya kuwu dengan keluarganya melarikan diri ke daerah Kapetakan Cirebon.
Berhubung orang desa peundeuy raweuy tersebut takut akan ancaman kuwu, tidak ada yang berani menguburkan mayat tersebut, sehingga yang menguburkan mayat tersebut adalah orang- orang dari desa Singkup dengan diberi imbalan berupa tanah/ sawah seluas kurang lebih 25.00 Ha (dua puluh lima hektar).
Setelah kuwu melarikan diri dan santri telah selesai di kuburkan, maka tokoh- tokoh masyarakat desa peundeuy raweuy mengadakan musyawarah bahwa untuk mengenang santri tersebut di putuskanlah desa peundeuy raweuy diganti namanya menjadi Desa Japara, sesuai dengan asal kelahiran santri tersebut dari daerah Jepara.
BENTUK / JENIS ADAT
·         Merupakan cerita rakyat/ sejarah desa, mengenai asal- usul nama desa japara semula bernama peundeuy raweuy dan kemudian diganti menjadi nama desa Japara.
·         Merupakan Adat Desa
Tiap setahun sekali di Blok Kawung Kerep diadakan sabumi dengan hiburan pantun dengan mengambil cerita Lutung Kasarung.
LOKASI
·         Blok Kawung Kerep Desa Japara
Bekas tempat musyawarah tokoh- tokoh masyarakat desa peundeuy raweuy
·         Blok Bakom Desa Singkup
Makam Buyut Santri
HUBUNGAN DENGAN TEMPAT KERAMAT
Ditempat ini diadakan musyawarah tokoh- tokoh masyarakat desa peundeuy raweuy yang memutuskan :
·           Nama Desa Peudeuy Raweuy diganti menjadi Desa Japara.
·           Ditempat musyawarah ini malam harinya diadakan hiburan pantun, dengan mengambil cerita LUTUNG KASARUNG yang mungkin untuk mengenang bahwa perbuatan kuwu terhadap santri adalah kasarung (kekeliruan).
·           Siang harinya setelah hiburan pantun diadakan hajat sabumi (syukuran) setelah selesai panen, dengan memotong dua ekor kambing dilaksanakan di blok kuburan pakembaran, biayanya dari hasil swadaya masyarakat dusun IV wage dan dusun V kliwon.


ARTI LAMBANG DESA JAPARA
·         Kujang            : Melambangkan
-          Sebuah alat yang setiap masyarakat desa japara sudah  mengenal dan  tahu dan sampai sekarang  masih ada di desa japara, digunakan dalam merintis pembentukan lahan dan lokasi desa.
-          Berlubang lima melambangkan dasar negara, bahwa masyarakat desa japara taat dan patuh kepada pancasila.
·         Gunung           : Melambangkan
-          Desa japara berada disebelah timur kaki gunung ciremai
·         Pedang            : Melambangkan
-          Asal- usul desa japara yang semula desa peundeuy raweuy dengan disembelihnya Buyut Santri dari daerah Jepara Rembang oleh luwu menggunakan sebuah pedang.
·         Padi                 : Melambangkan
-          Pangan/ makanan pokok masyarakat japara adalah beras
-          Berjumlah 17 butir menyatakan bahwa bulan 8 dari tahun proklamasi kemerdekaan Republik ndonesia.
·         Kapas              : Melambangkan
-          Masyarakat desa japara tidak kekurangan sandang.
-          Berjumlah 8 buah menyatakan bahwa bulan 8 dari tahun proklamasi kemerdekaan Republik indonesia.
·         Petak sawah dan kebun : Melambangkan
-          Desa japara memiliki 12 tempat nama sawah lahan pertanian.
-          Dan memiliki tanah darat sejumlah tempat nama kebun.
·         Saluran dan bendungan : Melambangkan
-          Irigasi adalah pekerjaan pokok perkumpulan petani pemakai air (P3A) mitra air untuk pengairan lahan pertanian sebanyak empat buah saluran lahan.
-          Bendungan yang dimiliki ada 4 buah.


SILSILAH KEPALA DESA JAPARA
·  Kuwu 1           : Bapak buyut sale
menjadi kuwu selama 45 tahun dari tahun 1755 s.d tahun 1798
·  Kuwu II          : Bapak buyut tarsan
menjadi kuwu selama 57 tahun dari tahun 1798 s.d 1855
·  Kuwu III         : Bapak H. Yusuf
Menjadi kuwu selama 38 tahun dari tahun 1855 s.d 1893 dan beliau meninggal ditanah suci mekah
·  Kuwu IV         : Bapak martadiwangsa
Menjadi kuwu selama 23 tahun dari tahun 1893 s.d tahun 1916 dan beliau mempunyai kesaktian diantaranya :
a) kuat mencabut pohon kelapa dan mengangkat kerbau dilumpur
b) semua pencuri dapat ditangani/ ditangkap.
·  Kuwu V          : Bapak suwarta atmaja
Menjadi kuwu selama 29 tahun dari tahun 1916 s.d tahun 1945
·  Kuwu VI         : Bapak sastrawijaya
Menjadi kuwu selama 22 tahun dari tahun 1945 s.d tahun 1967 pada jaman gerilya beliau menjadi komandan KODIM dan mendapat gelar bapak Morning
·  Kuwu VII       : Bapak sastrasudirja
Menjadi kuwu selama 6 tahun dari tahun 1967 s.d tahun 1973
·  Kuwu VIII      : Bapak S. Sutarno
Menjadi kepala desa selama 11 tahun dari tahun 1973 s.d tahun 1985
·  Kuwu IX         : Bapak sutardi
Menjadi kepala desa selama 8 tahun dari tahun 1985 s.d tahun 1993
·  Kuwu X          : Bapak Asmu
Menjadi kuwu selama 8 tahun dari tahun 1994 s.d tahun 2001
·  Kuwu X1        : Bapak Muh. Thamrin
Menjadi kepala desa sejak tahun 2002 s.d sekarang